Ini Penjelasan Wali Kota Mojokerto Terkait Skema New Normal Bidang Pendidikan

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari/Foto: Enggran Eko Budianto


Mojokerto – Pemkot Mojokerto mulai bersiap menghadapi skema the new normal atau tatanan kehidupan baru di tengah wabah virus Corona. Khusus di bidang pendidikan, kegiatan belajar mengajar bakal tetap digelar secara online atau daring saat the new normal diterapkan nanti.

Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mengatakan saat the new normal berlangsung, seluruh lapisan masyarakat wajib disiplin menerapkan protokol kesehatan di semua aspek kehidupan. Selain itu, masyarakat juga harus selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat.

Oleh sebab itu, selama 2,5 bulan terakhir Pemkot Mojokerto gencar menyosialisasikan kedua poin penting dalam skema the new normal tersebut. Warga Kota Onde-onde diimbau selalu memakai masker dan menjaga jarak saat beraktivitas di luar rumah. Tempat usaha, perbankan hingga kantor pemerintahan menyediakan bilik disinfektan, tempat mencuci tangan dan alat pengukur suhu tubuh.

“Artinya, selama 2,5 bulan kami sudah mulai membiasakan kepada masyarakat. Memang gerakan ini harus lebih dimasifkan lagi. Karena ke depan skema the new normal penekanannya pada perilaku hidup bersih dan sehat sekaligus membuat masyarakat taat terhadap protokol kesehatan untuk diterapkan di seluruh aspek kehidupan. Supaya tak lagi menjadi sesuatu yang dipaksakan, tapi menjadi kebutuhan masyarakat,” kata Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita ini kepada wartawan di rumah dinasnya, Rabu (27/5/2020).

Namun skema the new normal, lanjut Ning Ita, bakal sulit diterapkan di bidang pendidikan. Saat kegiatan belajar mengajar kembali digelar di sekolah, para siswa dan guru tentunya wajib menjaga jarak satu sama lain minimal satu meter di dalam kelas. Akibatnya, setiap ruang kelas tidak akan mampu menampung para siswa.

“Maka kebutuhan ruang kelas menjadi dua kali lipat dari sekarang. Itu tidak mungkin bisa disiapkan oleh pemerintah daerah manapun,” terangnya.

Penegakan protokol kesehatan, kata Ning Ita, juga menjadi kendala penerapan the new normal di sekolah. Pengecekan suhu tubuh, serta sterilisasi siswa dan kendaraan mereka bakal membutuhkan waktu lama. Para siswa tentu saja harus mengantre untuk menjalani protokol tersebut. Akibatnya, jam belajar di sekolah bakal banyak tersita.

“Ketika protokol kesehatan harus dilakukan, mengecek suhu tubuh, sterilisasi di bilik disinfektan. Contoh SMPN 1 Kota jumlah siswanya seribu lebih. Petugas yang cek berapa? Sarana dan prasarananya berapa? Antrean siswa sampai berapa jam? Jam pelajaran akan sangat berkurang,” cetusnya.

Support by : PT Media Cakrawala FM

Baca juga :