Alami Sesak Napas, Wanita Asal Mojokerto Ini Ditolak 5 Rumah Sakit

Nasib tak mengenakan dialami Wahyu Syafiatin (32), pasien COVID-19 di Kabupaten Mojokerto. Ibu muda ini sempat ditolak 5 rumah sakit. Padahal, kondisinya kritis karena mengalami sesak napas dengan saturasi oksigen sangat rendah.

Informasi yang dihimpun oleh suarajawatimur. com, Kerabat pasien, Edwin Riki (32) mengatakan Syafiatin alias Titin mengalami sesak napas, Kamis (22/7) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Ibu dua anak ini pun diantar suaminya, Suyanto (38) ke rumah sakit menggunakan mobil pribadi.

Namun, tiga rumah sakit yang saat itu mereka datangi enggan menerima Titin dengan alasan sudah penuh. Pasien asal Desa Warugunung, Kecamatan Pacet, Mojokerto, ini ditolak RS Dian Husada dan RSI Sakinah di Kecamatan Sooko, serta RSUD Prof dr Soekandar di Mojosari.

“Sampai jam 6 pagi tidak tertolong oksigen sama sekali. Suaminya minta tolong ke saya untuk membawakan ambulans dengan harapan kalau ke rumah sakit dibawa ambulans bisa langsung diterima,” kata Riki kepada detikcom, Minggu (25/7/2021).

Titin dijemput menggunakan ambulans LPBI NU Mojokerto di rumahnya. Riki juga ikut menjemput kerabatnya tersebut sambil membawakan satu tabung oksigen cadangan. Saat itu, saturasi oksigen Titin hanya 40 persen. Saturasi oksigen pasien jauh dari kondisi normal minimal 95 persen.

“Kondisinya sudah tidak sadar, kami beri oksigen di dalam ambulans pakai selang nasal kanul, juga saya bawakan oksigen cadangan,” ujarnya.

Meski sudah diangkut ambulans, lanjut Riki, Titin tetap saja ditolak rumah sakit. RS Kartini, Mojosari menolak karena pasien di IGD sudah penuh. RS Mawaddah Medika, Ngoro, Mojokerto menolak dengan alasan stok oksigen menipis. Sehingga Titin kembali dibawa ke RSUD Prof dr Soekandar, Mojosari.

Sayangnya, pintu masuk ke rumah sakit milik Pemkab Mojokerto itu ditutup dengan portal. Sehingga ambulans yang membawa Titin tidak bisa masuk ke IGD.

Riki dan sejumlah relawan LPBI NU pun mendatangi petugas IGD dengan berjalan kaki untuk melewati portal. Sedangkan Titin kondisinya masih kritis di dalam ambulans dengan saturasi oksigen hanya 25 persen.

“Saat itu, di IGD hanya ada 3 pasien, nakesnya 5-6 orang, banyak bed kosong. Di tenda darurat hanya ada 2 pasien, tabung oksigen banyak. Namun, kami diminta cari rumah sakit lain dengan alasan nakes mereka terbatas. Kami sampaikan butuh penanganan pertama saja, tetap ditolak. Alasannya kalau menerima pasien baru tidak akan tertangani karena sudah banyak pasien COVID-19, nakesnya kurang,” terangnya.

Riki akhirnya melobi manajemen RSI Sakinah melalui telepon. Ia menyampaikan kondisi Titin sudah kritis. Saudaranya itu mengalami sesak napas dengan saturasi oksigen hanya 25 persen sehingga membutuhkan ventilator. RS swasta di Jalan RA Basuni, Sooko itu akhirnya bersedia menerima Titin.

“Masuk ke IGD Sakinah Jam 06.30 WIB langsung dipasangi peralatan. Saturasinya 45 kemudian naik menjadi 80. Saat itu kondisi IGD memang sudah penuh, Titin dirawat di sebelah pintu masuk IGD,” ungkapnya.

Sesak napas yang dialami Titin ternyata akibat infeksi COVID-19. Hasil swab antigen maupun swab PCR menunjukkan ibu dua anak ini positif COVID-19. Menurut Riki, kerabatnya itu mempunyai riwayat sakit asma. “Hasil rontgen paru-parunya putih semua karena Corona,” tandasnya.(tim/Sam)

Redaksi : Suara Jawa Timur
Sumber : Detik.com (Naskah Berita Asli)

 

Support by : PT Media Cakrawala FM

Baca juga :