Belum Dibayar Setahun, Tim Pemakaman Covid 19 Kota Mojokerto Jualan Pentol Dan Sosis Keliling

Tim Pemakaman korban COVID -19 harus siap siaga untuk memakamkan pasien yang meninggal sewaktu-waktu, jumlah pasien COVID-19 yang meninggal terus bertambah membuat mereka harus siap bekerja dari pagi hingga tengah malam, dan nasib mereka tak kunjung menerima honor selama dua bulan terakhir ini bikin hati pilu.

Informasi yang dihimpun suarajawatimur.com, Sentott Wibowo (45), salah satu tim pemakaman jenazah pasien COVID-19 di Kota Mojokerto. mengaku belum menerima honor sejak 1 Januari sampai 1 Maret 2021, untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya Sentot terpaksa untuk jualan pentol dan sosis keliling.

“Yang belum dibayar honor untuk kurang lebih 91 kali pemakaman mulai 1 Januari 2021 sampai kemarin malam,” kata pria asal Desa Ngingasrembyong, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto ini kepada detikcom, Selasa (2/3).

Sentot selama ini tergabung dalam Relawan Birunya Cinta (RBC). Dia dikukuhkan menjadi anggota tim pemakaman korban COVID-19 oleh Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari sejak 6 April 2020. Berdasarkan SK Wali Kota Mojokerto nomor 188.45/192/417.111/2020, honor yang diterima setiap anggota tim pemakaman Rp 200.000 untuk sekali memakamkan jenazah pasien COVID-19.

Sampai hari ini, Sentot mengaku belum menerima salinan SK Wali Kota yang baru. Hanya saja berdasarkan hasil rapat bersama Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Mojokerto pertengahan Januari 2021, menurut dia honor tim pemakaman tetap Rp 200.000.

“Kalau ditotal honor saya yang belum dibayar kurang lebih Rp 18,2 juta. Dua kali saya tanyakan ke koordinator lapangan tim pemakaman, namanya Bu Luluk orang Dinkes, katanya dananya belum keluar,” terangnya.

Ia menjelaskan, sepanjang 2020, pembayaran honor untuk tim pemakaman di Kota Mojokerto tergolong lancar. Bersama 9 rekannya, rata-rata Sentot memakamkan 2-3 korban COVID-19.

“Paling banyak 7 kali pemakaman. Yaitu mulai jam 8 pagi tanggal 31 Desember 2020 sampai jam 3 sore tanggal 1 Januari 2021 baru pulang. Tidak terus menerus, ada jeda satu jam menunggu jenazah datang,” ungkapnya.

Meski belum menerima upah selama dua bulan terakhir, Sentot tetap bersemangat melaksanakan tanggung jawabnya. Dia harus siap jika setiap saat diminta memakamkan jenazah pasien COVID-19. Tak jarang pemakaman dia lakukan pada tengah malam sampai dini hari.

“Dukanya itu enak-enak istirahat harus berangkat, tidak peduli kondisi hujan. Jam segitu waktunya istirahat pasti lelah. Namanya tanggung jawab harus tetap berangkat,” cetusnya.

Belum lagi risiko kesehatan bagi dirinya. Sebagai tim pemakaman, Sentot dan kawan-kawan tentu saja rentan terinfeksi virus Corona. Oleh sebab itu, dia selalu memakai baju hazmat, sepatu bot, sarung tangan, masker dan helm face shield yang disediakan Dinkes Kota Mojokerto.

“Kalau saya tidak takut. Kalau memang Yang Maha Kuasa menggariskan saya meninggal di jalan itu (terinfeksi COVID-19), ya sudah,” ujarnya.

Sentot berharap Dinkes Kota Mojokerto segera mencairkan honor tim pemakaman jenazah pasien COVID-19. Terlebih lagi penghasilannya dari menjual pentol dan sosis keliling tidak lagi cukup untuk menafkahi keluarganya. Karena pendapatannya selama pandemi Corona hanya Rp 30-35 ribu saja per hari.

“Mudah-mudahan honor segera cair. Selain untuk kebutuhan hidup keluarga, juga mau saya gunakan membuka warung nasi goreng di depan rumah,” jelasnya.

Kondisi yang sama dirasakan Achmad Zaenuri, anggota tim pemakaman korban COVID-19 Kota Mojokerto. Duda berusia 63 tahun ini mengaku belum menerima honor sejak 5 Januari sampai 1 Maret 2021. Dia mengaku 81 kali memakamkan jenazah pasien COVID-19 dalam kurun waktu tersebut. Honor yang seharusnya dia terima sekitar Rp 16,2 juta.

“Karena honor belum cair saya pakai uang tabungan untuk operasional menjadi tim pemakaman. Karena saya sudah tidak punya pekerjaan,” terang pria asal Kelurahan/Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto ini.

Pria yang juga menjadi Ketua RBC ini mengaku heran dengan tak kunjung cairnya honor tim pemakaman dari Dinkes Kota Mojokerto. Pasalnya, pembayaran honor setahun Corona Jatim di kota Mojokerto tahun lalu lancar-lancar saja.

“Sering saya tanyakan sampai saya capek sehingga tidak saya tanyakan lagi. Namun, saya tetap menjalankan tugas. Sesuai seragam saya RBC, misinya kemanusiaan,” tegas Zaenuri.

Pria bertubuh mungil ini menjadi relawan sejak 2011 silam. Sehingga kepeduliannya terhadap sesama manusia sudah tidak diragukan lagi. Oleh sebab itu, honor sebagai tim pemakaman COVID-19 akan dia gunakan untuk misi kemanusiaan.

Yaitu memodifikasi mobil sedan Toyota Corona yang dia beli sendiri Rp 11 juta. Sedan keluaran 1984 itu akan dia gunakan layaknya mobil ambulans yang dilengkapi tandu.

“Rencananya selain untuk kebutuhan hidup, honor saya kembalikan untuk kemanusiaan. Yaitu untuk memperbaiki mobil sedan milik saya yang akan saya buat seperti ambulans. Untuk mengevakuasi mayat, korban kecelakaan atau orang sakit yang butuh pertolongan,” jelasnya.P

PelaksanaTugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Mojokerto drg Maria Poeriani Soekowardani membenarkan honor tim pemakaman korban COVID-19 tahun ini tetap Rp 200.000 per orang untuk sekali pemakaman. Menurut dia, honor tim pemakaman yang tidak kunjung cair akibat proses pengelolaan keuangan di Badan Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset (BPPKA) Kota Mojokerto.

“Mohon maaf kami masih proses pengelolaan keuangan di BPPKA. (Mengapa lama?) Mohon maaf kurang tahu karena kami juga masih menunggu,” tandasnya.(Mya/tim)

Redaksi : Suara Jawa Timur
Sumber. : Detik.com (Naskah berita asli)

Support by : PT Media Cakrawala FM

Baca juga :