
Mojokerto, – Wali Kota Mojokerto, Ika Puspitasari, memimpin rapat koordinasi lintas sektor dalam upaya penanggulangan Tuberkulosis (TBC) di Aula Kantor Kelurahan Wates, Jumat (17/10). Pertemuan ini dihadiri oleh jajaran Pemerintah Kota Mojokerto, Dinas Kesehatan, camat, lurah, Babinsa, Bhabinkamtibmas, kader TB, serta unsur masyarakat dan organisasi seperti TP PKK dan karangtaruna.
Dalam arahannya, Wali Kota yang akrab disapa Ning Ita ini menegaskan pentingnya sinergi seluruh pihak dalam mengeliminasi TBC, terutama di wilayah padat penduduk seperti Kelurahan Wates.
“Hari ini kita menguatkan sinergi lintas sektor, antara pemerintah, TNI-Polri, tenaga kesehatan, dan masyarakat. Semua harus bergerak bersama untuk menekan angka penularan TBC di wilayah kita,” tuturnya.
Ning Ita menjelaskan bahwa penanggulangan TBC merupakan program nasional. Dimana Provinsi Jawa Timur menjadi salah satu dari 8 provinsi yang menandatangani komitmen eliminasi TBC.
“Dari 38 provinsi di Indonesia, hanya delapan yang diundang karena tingkat kasusnya tinggi. Lima di antaranya ada di Pulau Jawa, termasuk Jawa Timur. Itu sebabnya kami diminta komitmen langsung oleh pemerintah pusat,” jelasnya.
Dijelaskan oleh Ita, Kota Mojokerto telah memiliki Rencana Aksi Daerah Eliminasi TBC yang menjadi panduan gerak cepat lintas sektor. Ia juga menyoroti pentingnya pendekatan sosial dan spiritual dalam mengajak masyarakat untuk patuh berobat. “Obat TBC itu gratis, tapi masih banyak yang enggan berobat. Kalau dibiarkan, bukan hanya merugikan diri sendiri, tapi juga menularkan ke orang lain. Kalau sampai orang lain meninggal karena tertular, itu dosa. Maka kita perlu sosialisasi dengan bahasa yang menyentuh,” tegasnya.
Sebagaimana Pulau Jawa yang padat penduduk, Ning Ita juga menyampaikan bahwa Kelurahan Wates sebagai kelurahan terbesar dan terpadat penduduknya di Kota Mojokerto. Maka ia menegaskan agar para kader lebih gencar dalam edukasi penanggulangan TBC. Ia juga mengingatkan bahwa TBC dapat memicu kasus stunting, terutama pada balita yang tertular. “Kalau anak kecil kena TBC, pasti stunting. Ini akan memengaruhi kualitas generasi ke depan. Jadi penanggulangan TBC bukan hanya soal kesehatan, tapi juga masa depan bangsa,” imbuhnya.
Melalui rapat koordinasi ini, Ning Ita menegaskan kembali pentingnya kolaborasi lintas sektor dan partisipasi masyarakat. “Tugas Panjengan adalah mengedukasi dan melaporkan. Siapa pun, dari mana pun asalnya, kalau tinggal di Wates dan diduga TBC, harus kita tangani bersama. Karena kalau tidak, penyebarannya akan makin luas,” pungkasnya.
Kegiatan ini ditutup dengan penyampaian materi oleh tenaga kesehatan dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto yang memberikan edukasi mengenai gejala, penularan, dan tata cara pengobatan TBC.
INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi
