Beredar pesan di WhatsApp PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) akan memusnahkan produk rokok yang dikeluarkan melalui jalur ekspedisi Sabtu (25/3) hingga (30/4). Produk rokok tersebut akan ditarik untuk dimusnahkan. Di antaranya produk rokok Sampoerna Djisamsoe, Sampoerna Mild, Sampoerna Kretek, dan Sampoerna Magnum.
Direktur PT HM Sampoerna Tbk Elvira Lianita mengatakan informasi yang sudah beredar luas tersebut tidaklah benar. Ia memastikan tidak ada penarikan produk di lapangan.
“Kami tegaskan itu informasi yang tidak benar terkait pemusnahan produk,” kata Elvira, Sabtu (2/5/2020).
Elvira menjelaskan Sampoerna berkomitmen selalu memastikan kualitas tertinggi dan integritas merek atas produk-produk mereka. Hal itu merupakan komitmen Sampoerna kepada konsumen dewasa.
“Untuk itu, kami telah mengambil langkah-langkah penting dalam memastikan produk kami tidak terpapar COVID-19. Di awal tahun dan selama masa pandemi COVID-19, kami telah meningkatkan penerapan protokol kesehatan dan sanitasi di seluruh fasilitas pabrik, gudang, serta rantai pasokan kami,” jelasnya.
Elvira mengatakan pihaknya berpedoman pada anjuran dan peraturan pemerintah. Ia memastikan Sampoerna telah menerapkan protokol kesehatan dan sanitasi tambahan sejak bulan Maret.
Protokol kesehatan tersebut yakni dengan menyediakan dan memastikan penggunaan perlengkapan perlindungan diri seperti masker dan hand sanitizer. Kemudian membatasi akses ke fasilitas produksi hanya kepada karyawan yang berkepentingan.
Lalu melakukan karantina produk selama 5 hari sebelum pendistribusian, yaitu jangka waktu karantina yang lebih lama dari anjuran Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan European CDC (European Centre for Disease Prevention and Control).
“Selain itu, penting bagi para konsumen dewasa kami untuk mengikuti anjuran Pemerintah, seperti menjalankan praktik kebersihan umum antara lain mencuci tangan, menutup mulut saat batuk/bersin, menjaga jarak sosial/fisik,” pungkasnya.
Pesan itu beredar setelah 2 karyawan PT HM Sampoerna meninggal karena COVID-19. Pascakejadian itu, 506 karyawan menjalani rapid test. Dan sekitar 123 karyawan rapid test reaktif. Kini, dilakukan test swab dan masih menunggu hasilnya secara bertahap. Sementara pabrik merumahkan karyawan dan menghentikan produksi.