Omzet Pedagang Durian Khas Mojokerto Tembus Rp 16 Juta Per Hari

Durian khas Trawas, Mojokerto digandrungi para penikmat si raja buah dari berbagai daerah di Jatim selama musim panen. Kondisi tersebut menjadi berkah bagi para pedagang. Omzet mereka menembus Rp 16 juta/hari.

 

Salah satu tempat yang ramai dikunjungi para penikmat durian adalah Kampung Durian di Dusun/Desa Duyung, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto. Kampung di kaki Gunung Penanggungan menyuguhkan beberapa durian khas yang bisa langsung disantap di lokasi.

Salah seorang pedagang durian di Dusun Duyung, Benyamin (58) mengatakan, pengunjung mencapai ratusan orang pada hari libur nasional dan setiap akhir pekan. Selain dari Mojokerto, para penikmat durian juga datang dari Sidoarjo, Surabaya, Gresik, Lamongan, Bojonegoro dan Tuban.

“Hari biasa durian yang terjual100-150 buah setiap hari, saat hari libur habis300-400buah per hari,” kata Bernyamin kepada wartawan di rumahnya, Selasa (15/2/2022).

Seperti 6 pedagang lainnya di Dusun Duyung, Benyamin memanfaatkan rumahnya menjadi tempat para pengunjung menyantap durian sejak tahun 2001. Sehingga para pembeli bisa menikmati langsung durian khas Trawas yang masih segar ditemani sejuknya udara pegunungan.

Yaitu durian merico, lokalan atau duyung, serta durian montong lokal. Berbeda dengan durian pada umumnya, varian merico dan duyung berukuran kecil. Durian khas Trawas ini sama-sama mempunyai daging buah yang pulen, lembut, dengan rasa legit bercampur pahit.

Bedanya, durian merico mempunyai daging buah berwarna kuning. Sedangkan daging buah durian lokalan atau duyung berwarna putih tulang.

Bagi pengunjung yang tidak suka pahit, bisa memilih durian montong lokal yang ukurannya lebih besar. Montong lokal Trawas mempunyai daging buah lembut, berwarna kuning dengan rasa yang legit.

Benyamin menjelaskan, ramainya pengunjung sejak masa panen durian November 2021. Dia memperkirakan masa panen akan berakhir April 2022. Pesona durian khas Trawas yang terus menarik minat pembeli dari berbagai daerah di Jatim menjadi berkah bagi para pedagang seperti Benyamin.

“Omzet saya kalau hari libur sampai Rp 15-16 juta satu hari, laba bersih Rp 2,5-3 juta karena pekerja saya banyak. Omzet hari biasa Rp 6-7 juta, laba bersih kadang kala Rp 1,5 juta per hari,” terangnya.

Bapak dua anak ini menjelaskan, durian merico, duyung dan montong lokal ia peroleh dari kebunnya sendiri, serta kebun warga Desa Duyung dan sekitarnya. Benyamin mempunyai 1 hektare kebun durian yang bisa dipanen setiap tahun. Oleh sebab itu, durian yang dijual dalam kondisi segar dengan harga terjangkau.

“Harga durian lokalan (Durian duyung) Rp 100 ribu dapat tiga, merico Rp 25 ribu per buah, montong lokal paling besar Rp 75 ribu paling kecil Rp 60 ribu per buah,” jelasnya.

Ramainya pengunjung sering kali membuat Benyamin kewalahan memenuhi permintaan mereka. Sehingga ia juga mendatangkan durian jenis petruk dari Majalengka.

“Durian petruk di daerah sini belum ada, dari Majalengka. Karena durian lokal tidak bisa mencukupi permintaan pengunjung saat hari libur,” tandasnya.(tim/Sam)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :