Penolakan pemakaman jenazah beda agama terjadi di Kabupaten Gresik. Seorang bayi meninggal berusia 2 bulan, ditolak pemakamannya oleh warga setempat karena di Kartu Keluarga (KK) tertera beragama Kristen.
Informasi yang dihimpun oleh suarajawatimur.com, Bayi berinisial NAK itu meninggal dunia pada Jumat (6/8/2021) dini hari di sebuah rumah sakit swasta. Bayi malang itu meninggal karena sakit diare. Sampai akhirnya saat akan dimakamkan tiba-tiba mendapatkan penolakan oleh warga Desa Menganti Kecamatan Menganti Gresik.
Alasan penolakannya, karena jenazah bayi tersebut berbeda keyakinan dari kebanyakan warga. Padahal sesuai data kependudukan, bayi berusia 2 bulan itu sudah tercatat tinggal bersama kedua orang tuanya di desa setempat. Namun apa boleh buat, pihak keluarga yang tidak bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah.
Setelah menunggu beberapa jam, bayi malang itu akhirnya mendapatkan tempat peristirahatan terakhir di Jalan Jaksa Agung area Pemakaman Agama Kristen. Meski jauh dari tempat tinggal, pihak keluarga hanya bisa bersyukur bayi perempuan itu akhirnya dapat dikuburkan dengan layak.
Sedangkan di tempat pemakaman suasana sangat haru. Proses pemakaman yang dipimpin oleh Pendeta diiringi isak tangis segelintir anggota keluarga yang datang. Ibu bayi yakni YL (38), tak kuasa menahan tangis. Bahkan dirinya sempat pingsan saat melihat anaknya dimasukan ke liang lahat.
Salah satu kerabat korban Imam (26) membenarkan jika adik iparnya yang masih bayi itu sempat ditolak warga. Alasannya karena tanah makam desa merupakan tanah wakaf sehingga hanya diperuntukan bagi warga yang beragama mayoritas.
“Iya katanya makam desa itu tanah wakaf khusus orang-orang Islam. Jadi tidak bisa dimakamkan di sana,” kata Imam saat ditemui di pemakaman Kristen, Jumat (6/8/2021).
Imam menceritakan, NAK yang merupakan adik iparnya itu semula terlihat sakit karena dehidrasi dan diare. Bayi yang lahir pada bualn Juni kemarin itu sempat dirawat di RS swasta dekat rumahnya. Namun pada 2 Agustus, situasi NAK semakin memburuk.
“Lalu saya bawa ke RS situ lagi, tapi tidak diterima. Malah disuruh ke RS daerah Surabaya, karena ditempatnya kekurangan alat. Namun karena kondisinya sudah kritis, adik bayi tidak bisa diselamatkan,” ujarnya.
Selain itu, Imam juga bercerita, selama adiknya dirawat hingga meninggal ini, keluarganya belum bisa membayar biaya perawatan rumah sakit. Alhasil, STNK motor miliknya menjadi jaminan di rumah sakit tersebut. Nilai biaya yang dibebankan berkisar Rp 5 juta lebih.
Lanjut ke halaman berikutnya.