Jombang – Wacana pola hidup baru atau new normal new spirit mendatangkan keuntungan bagi pembuat face shield di Kabupaten Jombang. Mereka kebanjiran pesanan dari sekolah-sekolah yang mulai bersiap menyambut new normal.
Seperti yang dirasakan Dwi Rahmawati (38), pembuat face shield warga Desa Pulorejo, Kecamatan Ngoro, Jombang. Selama dua pekan terakhir dia menerima 425 pesanan dari beberapa sekolah Taman Kanak-kanak (TK), Taman Pendidikan Alquran (TPQ) dan para pedagang.
“Paling banyak pesanan dari TK dan TPQ untuk persiapan new normal, kan anak-anak harus pakai face shield dan masker kalau masuk sekolah,” kata Dwi kepada wartawan di rumahnya, Kamis (18/6/2020).
Dwi mendapatkan ide membuat face shield setelah lebaran akhir Mei yang lalu. Semula dia membeli pelindung wajah tersebut untuk anaknya yang akan masuk sekolah jika new normal diterapkan di Kota Santri.
Namun, face shield yang dia beli kurang nyaman saat dicoba oleh anaknya. Sehingga ibu dua anak ini belajar membuat sendiri alat pelindung wajah tersebut. Di luar dugaannya, face shield buatannya banyak diminati.
“Awalnya saya buat untuk saya jual ke taman-teman saja. Ternyata banyak yang minat. Akhirnya sekolah ada yang pesan diberi logo sekolah,” terangnya.
Dibantu 4 pekerja dan suaminya, Abdul Manan, Dwi mampu membuat 100 face shield dalam sehari. Hanya saja dirinya kesulitan mendapatkan bahan baku. Khususnya mika sebagai penutup wajah.
Sehingga selama dua pekan terakhir, Dwi baru menyelesaikan 300 face shield pesanan sekolah TK dan TPQ. Dia mematok harga pelindung wajah untuk anak-anak Rp 13.000 per buah. Sehingga omzetnya mencapai Rp 5.525.000. Sedangkan face shield untuk orang dewasa dia jual Rp 20.000 per buah.
“Yang belum saya kerjakan 50 face shield untuk anak TK dan 75 buah pesanan reseller. Saya belum berani menerima pesanan karena khawatir bahannya tidak ada,” jelasnya.
Untuk membuat pelindung wajah tersebut, ibu dua anak ini menggunakan bahan plastik mika dengan tebal 0,33 milimeter. Agar face shield nyaman saat digunakan, bagian belakang mika dipasangi busa setebal 1 cm dan matras setebal 4 mm.
Ketiga bahan tersebut dirangkai menggunakan kancing keling dan kancing plastik yang biasa digunakan untuk jaket. Kancing plastik inilah yang berfungsi agar mika pada face shield bisa dibuka tutup.
Sebagai pengikat kepalanya, Dwi memanfaatkan karet elastis yang dipasang melingkar pada face shield. Bagian depan face shield ditempel stiker superhero agar lebih menarik.
“Kalau yang memesan sekolah, stiker bisa diganti dengan logo sekolah,” tandasnya.
Tentunya pemakaian face shield saja belum cukup untuk membendung virus Corona. Karena terdapat celah pada bagian bawah dan samping penutup wajah ini. Oleh sebab itu, lebih efektif jika masyarakat memakai masker dan face shield secara bersamaan.