Program Sidoarjo City Tour (SCT), sejauh ini tetap mendapat respons positif dari publik. Baik pelajar maupun masyarakat umum. Setiap pekan, SCT selalu full booked. Bahkan, tidak jarang, para pemohon harus antre untuk bisa menikmati berbagai wisata di Kota Delta.
Kepala Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata Pemkab Sidoarjo Djoko Supriyadi mengatakan, animo untuk mengikuti SCT tetap banyak. Bahkan, saat musim hujan seperti sekarang. Pengajuan itu datang dari berbagai kalangan. Baik dari siswa sekolah maupun komunitas.
“Memang setiap hari selalu hujan. Tapi rata-rata hujan itu setelah pukul 12.00 WIB, atau sore. Sementara SCT itu pukul 12.00 itu sudah selesai. Jadi, tidak terpengaruh,” ujarnya (15/2).
Djoko menyatakan, setiap Selasa dan Rabu, SCT dikhususkan untuk anak-anak sekolah. Di luar itu, dibuka untuk masyarakat umum. Permintaan masyarakat umum banyak datang dari kalangan ibu-ibu yang tergabung dalam sebuah kelompok. “Ada yang dari kelompok arisan, kelompok kesehatan atau olahraga, hingga kelompok ibu-ibu PKK. Kapasitas satu bus sebanyak 27 orang saja,” katanya.
Masyarakat yang ingin menikmati SCT harus mengirimkan surat lebih dahulu. Setelah itu, petugas akan mengecek jadwal yang ada. Jika jadwal sudah diketahui, akan dikonfirmasikan kepada pemohon bersangkutan. “Bisa atau tidak dengan jadwal itu,” imbuhnya.
Ada sejumlah destinasi wisata yang dapat dipilih. Mulai Museum Mpu Tantular, kawasan Lumpur Sidoarjo (Lusi), Candi Pari, Pulau Lusi, Kampung Batik Jetis hingga Kampung Industri Tas dan Koper Tanggulangin. Setiap destinasi itu memiliki keunggulan, keunikan, dan sejarah masing-masing.
‘’Ini mengedukasi dan menambah wawasan anak didik dan masyarakat, terutama warga Sidoarjo, untuk lebih mengenal dan mencintai daerahnya, sekaligus mempromosikan salah satu potensinya,’’ papar Djoko.
Saat ini, hanya satu armada bus yang beroperasi. Satu bus lainnya tidak dapat digunakan lantaran usia kendaraan sudah tua. Penambahan armada juga sudah diajukan setiap tahun. Namun, hingga saat ini belum dapat terealisasi. “Satu armada sudah tua. Kalau digunakan, khawatir di jalan terjadi kendala. Jadi, saat ini yang beroperasi hanya satu armada saja,” terangnya.
(SMK Ma’arif Nu Prambon)
Sumber : www.jawapos.com