Kecelakaan maut di perlintasan tanpa palang pintu di Dusun Wates Lor, Desa Balongwono, Kecamatan Trowulan, Selasa (30/8) siang menjadi sorotan. Pasalnya, potensi kecelakaan yang melibatkan kereta api di perlintasan tanpa palang pintu relatif tinggi. Apalagi, masih ada empat perlintasan lain di Kabupaten Mojokerto yang tak berpalang pintu.
Terdapat lima titik perlintasan sebidang atau tanpa palang pintu yang tersebar di wilayah dengan 18 kecamatan ini. Yakni di Dusun Wates Lor, Desa Balongwono, Kecamatan Trowulan; Dusun Damarsi, Desa Kepuhanyar, Kecamatan Mojoanyar; Dusun Selorejo, Desa Sadartengah, Kecamatan Mojoanyar; Dusun Karangnongko, Desa Mojoranu, Kecamatan Sooko; dan Desa Bicak, Kecamatan Trowulan.
Sejauh ini, hanya terpasang rambu di perlintasan tersebut. Di antaranya dijaga warga secara swadaya pada saat tertentu saja. Sehingga, potensi kecelakaan yang melibatkan kereta api (KA) relatif tinggi. ’’Perlintasan di Desa Balongwono cuma ada rambu saja, perlengkapannya masih minim. Tapi itu sudah jadi atensi pemkab,’’ ujar Kabid LLAJ DPRKP2 Kabupaten Mojokerto Setyo Budi, kemarin.
Dijelaskannya, kondisi lima perlintasan sebidang atau tak berpalang pintu itu sudah dibahas lebih lanjut. Masing-masing perlintasan bakal dilengkapi perlengkapannya. Mulai rambu hingga palang pintu dan underpass. Rencananya, perlintasan di Dusun Wates Lor, Desa Balongwono; Desa Bicak, Kecamatan Trowulan; dan Dusun Damarsi, Desa Kepuhanyar, Kecamatan Mojoanyar bakal segera dibangun palang pintu. Karena lalu lalang kendaraan warga relatif tinggi.
’’Kami upayakan tahun 2023 perlengkapan sudah terpasang dan tahun 2024 bisa operasional. Di Dusun Damarsi kami dapat bantuan dari Balai Teknik Perkeretaapian Wilayah Jawa Bagian Timur. Sedangkan Bicak dan Balongwono kami upayakan dari APBD,’’ ungkapnya.
Hal tersebut tak lain untuk meminimalisir potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang melibatkan kereta api. ’’Pada prinsipnya perlintasan sebidang (tanpa palang pintu) ini sudah jadi atensi pemda. Kami berupaya sesegera mungkin melengkapi perlengkapannya untuk meminimalisir kecelakaan. Apalagi sekarang perlintasannya sudah double track ya, jadi lalu lalang kereta juga tinggi,’’ tandasnya.
Sementara itu, Kanit Laka Satlantas Polres Mojokerto Iptu Wihandoko menyebut, insiden kecelakaan di perlintasan bisa diminimalisir dengan dilengkapinya rambu dan palang pintu. Hanya saja, perlintasan di Desa Balongwono belum dilengkapi palang pintu maupun peranti early warning system (EWS) yang memberi sinyal peringatan bagi pengguna jalan ketika kereta api di radius 1 km dari lokasi.
’’Di lokasi memang tidak berpalang pintu dan tidak ada EWS. Jadi pengguna jalan harus berhati-hati saat melintas. Untuk penanganan lanjutan dari kecelakaan Selasa (30/8) siang, kami terus berkoordinasi dengan PT KAI Daop VII Madiun,’’ terangnya.
Saat ini, kondisi korban selamat, M Fathan Al Fatih, 7, warga Desa Budugsidorejo, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang, tengah diobservasi ketat. Kondisi korban yang duduk di bangku kelas 2 MI itu masih kritis. Hingga harus dirujuk ke RSUD dr Soetomo Surabaya. ’’Selasa (30/8) sore dirujuk ke RSUD dr Soetomo karena butuh penanganan lebih lanjut,’’ ujar Manajer Pelayanan Medik RSI Sakinah Mojokerto dr Roisul Umam saat dikonfirmasi Jawa Pos Radar Mojokerto.
Sebelumnya, M Fathan Al Fatih, 7, yang dibonceng ibunya, Sukiyati, 39, mengendarai Honda Vario warna hitam bernopol S 6450 OBI tersambar KA Logawa saat melintas di perlintasan Dusun Wates Lor, Desa Balongwono, Kecamatan Trowulan, sekitar pukul 12.30 Selasa (30/8). Mengalami luka serius di kepala, Sukiyati tewas seketika. Fathan yang mengalami patah tangan kiri dan luka di kepala dilarikan ke RSI Sakinah dalam kondisi kritis. Insiden itu terjadi saat tengah menjemput sang anak pulang sekolah. (Tim/Sam)