Distribusi air Perusahaan Air Minum Daerah (PDAM) Maja Tirta Kota Mojokerto, dikeluhkan warga. Hampir sepekan terakhir, aliran air dari perusahaan pelat merah ini mampet di sejumlah titik.
Seperti yang dialami warga di Kelurahan Wates, Kecamatan Magersari. Mampetnya air PDAM di kawasan ini sudah terjadi sejak Sabtu (6/8) lalu. Debit air sempat mati total. ”Sabtu (6/8) itu sehari penuh mati total. Setelah itu nyalanya di jam-jam tertentu,” terang Slamet.
Air PDAM hanya mengalir pada pukul 04.00-08.00 dan 16.00-20.00. kondisi itu terus berlangsung hingga kemarin. Namun, di jam-jam tersebut, debit air yang mengalir sangat kecil. ”Kalau pun ada airnya, ya cuma sedikit. Nggak bisa ditandon. Untung saya ada sumur pompa,” ungkapnya. Tak pelak, terhambatnya suplai air bersih itu menimbulkan sejumlah dampak.
Mereka yang tidak punya sumber air alternatif seperti sumur bor, harus numpang ke tetangga. Tak lain untuk memenuhi kebutuhan air akan mandi cuci kakus (MCK). Bahkan, dampak mampetnya air PDAM kian meluas hingga mengganggu aktivitas sehari-hari warga.
”Tetangga depan rumah ini, anaknya sempat sehari nggak sekolah. Soalnya seragamnya nggak kecuci gara-gara nggak ada air. Terus tetangga sebelah yang buka laundry pun harus berhenti. Mesin cucinya kan harus pakai air yang bersih, nggak bisa kalau pakai air sumur. Air sumur di sini kotor,” urainya.
Pihaknya menyayangkan pihak PDAM yang tidak mensosialisasikan adanya gangguan tersebut secara luas. Justru, warga mendapati adanya gangguan distribusi air itu dari pesan berantai di media sosial. ”Kita menyayangkan pihak PDAM yang nggak kasih pemberitahuan ke warga secara menyeluruh. Kalau sedang ada trouble sampai berhari-hari begini,” imbuh Slamet.
Tak pelak, hal tersebut membuat warga geram. Sebab, pelayanan PDAM yang dinilai tidak optimal itu justru memberatkan warga. Terlebih, kualitas air bersih PDAM yang terbilang angin-anginan hingga sistem denda pembayaran yang mencekik pelanggan.
”Beberapa tahun lalu pernah menunggak sampai tiga bulan karena sedang sibuk di Surabaya. Ternyata denda telat bayarnya sampai Rp 1,4 juta dan tagihannya tiga bulan itu Rp 750 ribu. Padahal kalau hujan deras atau banjir gitu airnya sering bau dan warnanya cokelat,” sebutnya.
Macetnya air PDAM juga dirasakan warga Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari. Air PDAM baru mengalir di jam tertentu tersebut sejak pekan lalu. Debit air yang kecil, membuat warga tak bisa berbuat banyak. Terlebih, ia tak memakai sumur pompa. Pihaknya turut menyoroti tidak adanya pemberitahuan sebelumnya dari pihak PDAM saat distribusi air sedang ada gangguan. ”Dibuat nandon pun airnya sedikit. Pas-pasan. Pemberitahuan pun baru sekitar dua hari kemarin,” ucapnya.
Sementara itu, Direktur PDAM Maja Tirta Kota Mojokerto Bambang Ribut Sugiatmono mengakui adanya gangguan layanan tersebut. Itu dipicu rusaknya tiga dari empat pompa intake yang digunakan. Praktis, sejauh ini hanya satu pompa yang aktif digunakan. ”Ada komponen pompa yang terbakar. Korsletnya itu kemudian merembet sampai ke bagian panel. Kerusakan ini karena memang faktor usia pompa yang sudah 26 tahun,” bebernya.
Dijelaskannya, satu pompa yang tersisa itu membutuhkan waktu untuk mengalirkan air ke rumah-rumah warga. Sebab, pukul 08.00 hingga 15.00 dan 20.00 hingga 03.00 pompa harus mengisi reservoir atau tandon milik PDAM. Setelah itu, air baru dialirkan ke 5.600 pelanggan. Kini, ketiga pompa tersebut tengah dalam perbaikan.
”Kemungkinan dalam waktu dekat pompanya sudah selesai dari bengkel. Sementara ini kami droping air melalui mobil tangki bagi pelanggan yang melapor ke kami. Kami persilahkan bagi pelanggan yang butuh droping air untuk melapor,” tandasnya. (Tim/Sam)