Volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Randegan, Kota Mojokerto masih tinggi. Pasalnya, dalam sehari, sampah yang dihasilkan oleh warga kota Onde-onde ini mampu mencapai puluhan ton.
Kabid Kebersihan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Mojokerto Erijanto Mukti Wibowo mengatakan, produksi sampah di kota masih terbilang cukup tinggi. Sebab, berdasarkan data DLH, tercatat dalam sehari warga bisa menghasilkan kisaran 60-70 ton limbah. Sampah yang dihasilkan mayoritas berasal dari Kecamatan Magersari. ’’Penyumbang sampah harian didominasi 50 persen dari Kecamatan Magersari,’’ ucapnya.
Dari produksi sampah itu, lanjut Eri, sekitar 70 persen merupakan limbah domestik rumah tangga. Sisanya merupakan sampah anorganik. Seperti limbah plastik, kertas, logam dan gelas/kaca. ’’Kebanyakan timbunan sampah itu berasal dari limbah organik rumah tangga,’’ papar dia. Adapun, sistem pengangkutan untuk per TPS dilakukan sebanyak minimal dua kali.
Lebih lanjut, Eri memastikan, TPA seluas 3,1 hektare ini masih mampu menampung pembuangan sampah hingga kisaran 10 tahun ke depan. Namun, sebelum dibuang ke TPA Randegan, petugas akan melakukan proses pemilahan secara bertahap. ’’Kalau tanpa ada pengolahan, sampai 2026 sudah tidak bisa (menampung),’’ katanya.
Selain dengan melakukan pemilahan, Eri menyebutkan pihaknya juga telah berupaya mengurangi volume sampah agar tidak terjadi penimbunan yang melebih kapasitas. Di antaranya dengan menerapkan bank sampah yang tersebar di 154 titik di 18 kelurahan se-Kota Mojokerto.
Di masing-masing titik tersebut, sampah akan dilakukan pengelolaan melalui sistem reuse, reduce, dan recycle sebelum dibuang ke TPA Randegan. ’’Selain itu, kita juga tengah merintis budidaya magot di TPA maupun TPS untuk mengurangi penimbunan sampah,’’ pungkasnya. (Tim/Sam)