Gedung Bioskop Indera di Jalan KH Hasyim Ashari, Kelurahan Kauman, Prajurit Kulon, Kota Mojokerto ternyata berdiri sejak 1923 silam.
Gedung buatan Belanda itu beberapa kali berganti nama dan tersentuh modernisasi, hingga menjadi Bioskop Indera yang gulung tikar pada 1990-an.
Pemerhati Sejarah Mojokerto, Ayuhanafiq mengatakan, gedung di selatan Alun-alun Kota Mojokerto ini menjadi gedung bioskop pertama yang berdiri di Bumi Majapahit sekitar tahun 1923. Pada zaman itu, bioskop ini bernama Sirene. Gedung pertunjukan film itu gulung tikar akibat krisis ekonomi yang melanda Jawa tahun 1930-an.
“Bioskop Sirene merupakan bioskop pertama dan satu-satunya di Mojokerto. Pada masa itu, film diputar tanpa suara atau film bisu,” kata Ayuhanafiq, Senin (13/6/2022).
Pria yang akrab disapa Bang Yuhan ini menjelaskan, industri teater film di Mojokerto mengalami kemajuan sejak datangnya pengusaha Belanda, Geo Fripp. Menurutnya, Fripp mengakuisisi gedung film Sirene. Berbagai perbaikan pun dilakukan terhadap gedung bioskop tersebut.
Mulai dari dinding, eksterior gedung agar lebih modern pada zamannya, ventilasi, proyektor, hingga instalasi kelistrikan dan audio. Gedung yang resmi beroperasi sejak 3 September 1931 itu diberi nama Florida Theater. Fripp sendiri yang menangani menajemennya.
“Dengan adanya gedung film Florida Theater orang Mojokerto tidak perlu ke Surabaya bila ingin melihat film bersuara,” jelasnya.
Florida Theater, lanjut Bang Yuhan, kolaps setahun kemudian. Gedung bioskop di selatan Alun-alun Kota Mojokerto itu dioperasikan pengusaha bioskop asal Belanda, JF Gelestain tahun 1932. Gelestain mengubah nama teater film itu menjadi National Bioskop, nama yang sama dengan bioskop miliknya di Yogyakarta.
National Bioskop laris manis sehingga terus beroperasi hingga 1942. Karena Jepang menjajah Indonesia sejak tahun itu. Pada masa kemerdekaan, teater film itu sempat beralih fungsi menjadi tempat rapat-rapat perjuangan. Gedung kembali berfungsi untuk memutar film tahun 1947 saat Belanda kembali menguasai Mojokerto.
“Belanda kembali menghidupkan gedung bioskop untuk menyediakan hiburan bagi para serdadunya,” terangnya.
Pada masa Presiden Soekarno tahun 1950, kata Bang Yuhan, gedung bioskop di Jalan KH Hasyim Ashari itu dikelola jaringan Bioskop Rexx yang berpusat di Belanda. Bioskop ini menjadi hiburan kelas elit pada zamannya. Nama Bioskop Rexx berubah saat presiden melarang penggunaan nama asing.
“Bioskop Rexx lalu dinamakan Bioskop Indera. Nama itu dipakai hingga tutup pada tahun 1990-an,” ungkapnya.
Mantan calo tiket di Bioskop Indera, Sai’in (66) menceritakan, dirinya berdagang tiket bioskop sejak tahun 1987. Menurutnya, bioskop legendaris itu gulung tikar sejak keluarnya televisi sekitar tahun 1994.
“Bioskop Indera tutup saat televisi keluar. Alun-alun saat itu diberi satu TV besar, masih hitam putih. Saya lupa tahun berapa, alun-alun masih jelek, masih lapangan biasa, belum ada bangunan,” tandasnya.
Saat ini, gedung Bioskop Indera dibiarkan terbengkalai. Tidak ada akses masuk ke gedung karena dikelilingi pagar tembok dan besi yang lumayan tinggi. Pada dinding atas terasnya masih terlihat jelas ukiran nama INDERA.(tim/Sam)