2 Kelompok Relawan di Kabupaten Mojokerto menunjukkan kepedulian terhadap sesama. Mereka sukarela memasok oksigen ke warga yang mengalami gejala COVID-19 berupa sesak napas.
Informasi yang dihimpun oleh suarajawatimur.com, Itulah yang getol dilakukan dua kelompok relawan dalam dua pekan terakhir. Yakni relawan dari Welirang Community dan Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim (LPBI) NU Kabupaten Mojokerto. Sejak kelangkaan oksigen terjadi, mereka menyediakan oksigen untuk warga yang mengalami sesak napas.
“Kebutuhan oksigen sangat tinggi karena pandemi COVID-19 tidak bisa ditahan penyebarannya, sudah sampai ke pelosok desa. Rata-rata orang yang meninggal tidak sampai rumah sakit karena tak dapat oksigen. Saat ini lumayan sulit mendapatkan oksigen karena di agen-agen tidak selalu tersedia,” kata Ketua LPBI NU Mojokerto Saiful Anam (46), Kamis (29/7/2021).
Anam dan kawan-kawannya membantu warga Mojokerto yang membutuhkan oksigen tanpa pandang bulu. Setiap orang yang mengalami sesak napas dan kesulitan mendapatkan oksigen langsung ia bantu. Masyarakat cukup menunjukkan nama dan alamat pasien, serta nomor ponsel melalui telepon atau WhatsApp ke nomor 0858-5225-4977.
“Kami tidak ribet, modal kepercayaan saja. Tentunya kami bantu yang benar-benar membutuhkan, mengalami sesak napas. Saat mereka telepon kami tanya bagaimana kondisinya. Kalau benar-benar membutuhkan langsung kami antar atau bisa mengambil sendiri ke basecamp kami. Karena yang membutuhkan banyak sekali,” terangnya.
Saat ini, lanjut Anam, pihaknya mengoperasikan 6 tabung oksigen 1 meter kubik dan 1 tabung 6 meter kubik untuk aksi sosial tersebut. Tabung-tabung oksigen itu pinjaman dari teman-temanya. Saking tingginya kebutuhan terhadap oksigen, semua tabung terus berputar di tangan warga yang membutuhkan.
Setiap selesai dipakai, tabung-tabung kosong cepat-cepat diisi ulang oleh para relawan agar siap digunakan orang lain yang mengalami sesak napas. Hanya saja, minimnya tabung membuat Anam terpaksa menolak 6-8 permintaan per hari. Di lain sisi, pihaknya belum bisa membeli tabung sendiri karena harganya yang selangit.
“Kami ingin pengadaan, tapi harganya saat ini sangat mahal. Di area Jatim Rp 2 juta sampai Rp 6 juta per set tabung satu meter kubik. Kondisi normal maksimal Rp 800 ribu sudah dapat satu tabung dan regulator,” ungkap bapak dua anak asal Desa Warugunung, Pacet, Mojokerto ini.
Tak sekadar meminjamkan tabung ke warga yang mengalami sesak napas akibat COVID-19, para relawan LPBI NU dan Welirang Community juga menggratiskan ongkos isi ulang oksigen. Khususnya bagi warga yang secara ekonomi dinilai kurang mampu.
Menurut Anam, biaya refil oksigen bervariasi tergantung tempat isi ulang. Yakni Rp 50 ribu sampai Rp 70 ribu per tabung 1 meter kubik dan Rp 200 ribu per tabung 6 meter kubik. Aksi sosial para relawan ini tentu saja mempercepat dan mempermudah masyarakat mendapatkan oksigen medis.
“Kami tidak menarget peminjam. Kalau mau mengganti ongkos isi ulang silakan, tidak juga tidak masalah. Waktu meminjam tidak kami batasi, selama masih dibutuhkan tabung tidak akan kami ambil. Kebanyakan peminjam mencari isi ulang sendiri saat oksigen habis. Bagi yang tidak mampu, kami carikan,” jelasnya.
Tidak hanya itu, LPBI NU dan Welirang Community juga menyediakan 2 ambulans untuk mengantar pasien ke rumah sakit dan mengantar jenazah ke pemakaman. Kedua ambulans tersebut murni untuk aksi kemanusiaan sehingga para relawan tidak memasang tarif sewa.
“Kami tidak pernah meminta maupun memasang tarif. Kalau mau mengganti bensin silakan, berapa pun jumlahnya tidak masalah. Kami juga melihat kondisi ekonomi pasien, kami tolak pemberiannya kalau orangnya tak mampu,” kata Anam.
Uang pemberian sukarela masyarakat, baik pengganti isi ulang oksigen maupun bahan bakar ambulans yang dikelola para relawan untuk menunjang operasional mereka sehari-hari. Yakni untuk merawat ambulans, membeli bahan bakar dan biaya isi ulang oksigen.
“Kami membuat grup WA (WhatsApp) saling bantu informasi pengisian oksigen untuk memudahkan koordinasi. Grup anggotanya beberapa relawan dan orang-orang yang membutuhkan oksigen dan ambulans,” tutur Anam.
Ia berharap Pemkab Mojokerto mampu menjamin tidak ada lagi rumah sakit yang menolak pasien. Terlebih lagi pasien yang datang dalam kondisi kritis. Selain itu, pemerintah diminta memberi informasi kepada masyarakat terkait tempat-tempat pengisian oksigen medis secara real time.
“Kalau ada informasi tempat pengisian oksigen yang masih tersedia, menurut kami sudah cukup membantu masyarakat. Karena masyarakat tidak manja, mereka rela ke sana kemari demi mendapatkan oksigen,” pungkas Anam.(tim/sam)
Redaksi : Suara Jawa Timur
Sumber : Detik.com (Naskah Berita Asli)