Kisah PSK Dolly Tobat Usai Juara Lomba MTQ

Tak ada habisnya membincangkan Lokalisasi Dolly di Surabaya yang konon pernah menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Salah satunya tentang bagaimana para pekerja seks komersial (PSK) atau wanita tuna susila (WTS) di sana berjibaku untuk terlepas dari belenggu kemaksiatan.

Trisnadi Marjan, seorang fotografer yang sempat mengakrabi dunia malam di Gang Dolly sempat merekam geliat kehidupan malam di lokalisasi tersebut. Pelbagai potret kehidupan PSK yang sempat dikenal dengan sebutan Wanita Tuna Susila (WTS) pernah ia abadikan dalam Buku Foto “Dolly: Hitam Putih Prostitusi”.

“Banyak sekali kenangan pas aku masih terlibat kegiatan sama teman-teman di sana. Terutama memori-memori mengharukan ketika kami para fotografer di Surabaya bikin kegiatan positif yang melibatkan para WTS ini,” katanya kepada detikJatim, Sabtu (18/6/2022).

Trisnadi bersama rekan-rekannya fotografer maupun jurnalis foto sempat beberapa kali menginisiasi kegiatan yang melibatkan para PSK. Salah satunya ketika mereka menggelar lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) melibatkan para PSK se-Surabaya, tidak hanya dari Gang Dolly.

Baca juga:
Penyesalan Mantan Pemilik 5 Wisma di Gang Dolly, Sekarang Lebih Tenteram
“Nah, saat itu ada salah satu WTS Dolly yang menjadi pemenang lomba, dia juara dua. Setelah menang itu dia langsung pamitan ke aku dan teman-teman. Seketika itu dia pamitan mau berhenti menjadi WTS,” kata Trisnadi.

Trisnadi juga mengenang bagaimana para PSK di Dolly itu sangat ingin berubah. Sebagian dari mereka bahkan aktif berkegiatan di luar aktivitas prostitusi hingga membuat semacam komunitas yang kiprahnya bahkan tidak hanya di Surabaya tapi hingga ke luar Jawa.

“WTS itu ada yang bikin organisasi (komunitas) sastra sampai pernah pentas teater ke luar Jawa. Kegiatan itu menggugah hati mereka. Itu juga bagian dari melatih mereka agar tidak minder dan punya semangat untuk berubah. Jangan salah lho, begitu-begitu para WTS itu banyak yang tetap menjalankan ibadah,” katanya.

Hingga pada 18 Juni 2014 silam Pemkot Surabaya di bawah kepemimpinan Wali Kota Surabaya saat itu Tri Rismaharini benar-benar menutup seluruh wisma di lokalisasi Dolly dan Jarak. Sebagai orang yang dekat dengan para PSK Dolly, Trisnadi mengatakan para PSK itu lebih banyak pasrah.

Baca juga:
Melihat Lebih Dekat Wisma Barbara di Gang Dolly yang Kini Sudah Berubah
“Karena itu memang menjadi keputusan pemerintah, ya. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Pasrah saja. Nah menurut saya seharusnya saat itu mereka ini diberi keterampilan dulu sebelum ditutup. Jadi begitu ditutup mereka bisa bekerja mandiri,” ujarnya.

Nasi telah menjadi bubur, sebagian besar PSK yang tidak hanya berasal dari Surabaya itu dipulangkan ke daerah asalnya. Ada yang benar-benar berhenti dari dunia itu, ada juga yang memang cuma berpindah tempat atau justru menjalankan praktik prostitusi itu diam-diam.

“Sebenarnya masih banyak yang bertahan di bidang itu tapi pindah tempat. Tapi tidak sedikit yang benar-benar berubah. Ada satu kenalanku yang akhirnya buka usaha laundry. Ya, soale duwe duwit tak sarankan tuku mesin cuci loro ta piro (yang punya uang saya sarankan beli mesin cuci dua atau berapa),” ujarnya.

Tak bisa dimungkiri, Dolly yang lekat dengan lokalisasi pernah menjadi bagian dari Surabaya. Kini setelah ditutup, Dolly juga tak pernah benar-benar hilang dari memori masyarakat Surabaya. Tinggal bagaimana memetik pelajaran dari keberadaannya di masa silam.(tim/Sam)

INI 8 FAKTA, Wanita di Mojokerto Nekat Buang Bayinya Hingga Ditangkap Polisi

Baca juga :