Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur buka suara terkait faktor anjloknya harga cabai di Jatim. Diketahui, dari Sistem Informasi Ketersediaan dan Perkembangan Harga Bahan Pokok (Siskaperbapo), harga cabai rata-rata di angka Rp 15.851/kg.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim, Hadi Sulistyo menyebut anjloknya harga cabai salah satunya karena produksinya Melimpah.
Dia memaparkan produksi cabai rawit pada September diperkirakan mencapai 33.736 ton. Lalu di bulan Oktober 22.447 ton. Produksi cabai rawit selama setahun mencapai 426.571 ton dengan konsumsi untuk pangan setahun 66.958 ton.
“Maka neraca pada tahun 2021 surplus 359.613 ton,” ujarnya di Surabaya, Selasa (7/9/2021).
Hadi menilai turunnya harga cabai rawit dipengaruhi oleh banyaknya produksi. Sesua hukum ekonomi, jika ketersediaan barang melimpah, secara otomatis harganya stabil bahkan cenderung lebih murah.
“Kalau terkait harga yang turun kemungkinan karena hasil produksi yang meningkat,” tambahnya.
Terpisah, Wakil Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Jatim, Nanang Triatmoko menyampaikan harga cabai rawit sempat pada kisaran Rp 6 ribu hingga Rp7 ribu per kg di tingkat petani.
Tetapi kini sudah mulai di angka Rp 9 ribu per kg. Senada dengan Hadi, Nanang juga menduga turunnya harga cabai rawit karena hasil produksi melimpah. Namun, Nanang menyebut, ada faktor lain yang mempengaruhi yakni Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
“Harapan kami PPKM ini segera dibuka. Karena selama PPKM serapannya hanya 50 persen. Ini disebabkan karena banyak Hotel, Restoran dan Kafe (Horeka) banyak yang tutup, bahkan PKL juga,” ujar Nanang.
Kalau ini terus berlangsung, maka bisa dipastikan harga cabai rawit pada puncak panen semakin anjlok,” pungkasnya.(tim/Sam)