Jombang – Wabah virus Corona membuat harga sapi kurban di Kabupaten Jombang naik 10 persen. Tak hanya itu, pandemi COVID-19 juga membuat penjualan pedagang terjun bebas dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Hari Raya Idul Adha atau biasa disebut idul kurban tinggal dua pekan lagi, pada Jumat (31/7). Momen seperti ini biasanya menjadi masa ‘panen’ bagi para pedagang hewan kurban. Karena permintaan sapi dan kambing untuk kurban meningkat dratis.
Namun, manisnya momentum menjelang lebaran haji tidak bisa dinikmati para pedagang hewan kurban tahun ini. Wabah virus Corona yang tak kunjung tuntas menjadi penyebabnya. Seperti yang dirasakan Muhammad Khoirul Amin (49), pedagang sapi kurban di Desa Kepuhkembeng, Kecamatan Peterongan, Jombang.
“Adanya pandemi Corona saat ini membuat permintaan sapi jauh berkurang. Karena banyak masyarakat perorangan maupun lembaga yang biasanya kurban, tahun ini tidak kurban,” kata Khoirul kepada wartawan di kandang sapi miliknya, Kamis (16/7/2020).
Khoirul menjelaskan, anjloknya penjualan sapi kurban terjadi baik terhadap permintaan lokal Jombang maupun pengiriman ke luar daerah. Dua pekan menjelang Idul Adha biasanya dia sudah mengirim 150 ekor sapi ke Bandung dan Surabaya, kali ini hanya 50 ekor saja.
“Permintaan lokal untuk kurban biasanya 45 ekor, sekarang baru 11 ekor saja,” ungkapnya.
Tidak hanya itu, lanjut Khoirul, pademi COVID-19 juga membuat harga sapi kurban naik hingga 10 persen. Menurut dia, naiknya harga sapi karena mahalnya harga pakan akibat tersendatnya impor.
“Harga sapi cenderung naik karena bahan pakan yang impor biasanya lancar menjadi tersendat. Kenaikan rata-rata di pasar Rp 1-1,5 juta per ekor,” jelasnya.
Ia menambahkan, saat ini harga sapi kurban berkisar Rp 17,5 juta sampai Rp 80 juta/ekor. Bobot sapi yang dijual beragam. Yaitu mulai 280 kg sampai di atas satu ton.