Merdeka belajar masih menjadi tema besar Kebijakan Pendidikan Indonesia saat ini. Sehingga tidak salah jika tahun 2024 ini tema yang di usung adalah “Bergerak Bersama, Lanjutkan Merdeka Belajar”.
Sejenak kita memaknai bahwa tema ini mencerminkan sebuah komitmen untuk mengajak semua elemen masyarakat terus bergerak maju, bergandengan tangan, dalam mewujudkan cita-cita pendidikan Indonesia sebagaimana yang digaungkan oleh kemendikbudristek dengan upaya mendorong transformasi Pendidikan di Indonesia.
Kalau kita ingat kembali bahwa tujuan dari pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.
Lanjut beliau, dalam proses menuntun ini, diri anak perlu merdeka dalam belajar serta berpikir, serta dibutuhkan tuntunan oleh para pendidik agar anak tidak kehilangan arah serta membahayakan dirinya. Seperti dalam convergentie-theorie yang menggambarkan bahwa anak yang dilahirkan itu diumpamakan sehelai kertas yang sudah penuh dengan goresan, namun masih belum nampak jelas, maka kewajiban para pendidiklah untuk menebalkan tulisan atau goresan baik, yang belum jelas menjadi jelas, dan membiarkan yang kurang baik agar tidak menebal.
Dari sini nampak sekali peran para pendidik dalam wadah Lembaga Pendidikan yang berkualitas, seperti dalam perumpamaan berikut jika sebutir jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah/lahan yang baik, banyak air, dan mendapatkan sinar matahari yang cukup, maka pemeliharaan dari bapak tani tentu akan menambah baiknya keadaan tanaman. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak mendapat sinar matahari atau kekurangan air, maka biji jagung itu (walaupun dasarnya baik), tidak akan dapat tumbuh baik karena pengaruh keadaan.
Sebaliknya kalau sebutir jagung tidak baik dasarnya, akan tetapi ditanam ditanah/lahan yang baik, kemudian mendapatkan sinar matahari cukup serta pemeliharaan yang baik oleh bapak tani, maka biji itu akan dapat tumbuh lebih baik daripada biji lainnya yang juga tidak baik dasarnya.
Dengan demikian peran pendidik dan Lembaga Pendidikan sangat strategis dalam mewujudkan apa yang dicita-citakan merdeka belajar yaitu terwujudnya para peserta didik seperti yang termuat dalam profil pelajar Pancasila.
Merdeka belajar bukan sekedar bebas tanpa batas dalam belajar, mempelajari, dan mencari ilmu pengetahuan. Akan tetapi, merdeka belajar dalam Islam merupakan spirit untuk memenuhi rasa ingin tahu (kuriositas) dan rasa ingin ma’rifatullah (mengenal Allah), di samping rasa ingin menguasai dan mendalami ilmu pengetahuan dan keterampilan secara tidak “dibatasi” oleh sekat-sekat ilmu agama maupun non agama. Karena kita tahu bahwa pengetahuan yang menyeluruh harus dibingkai dengan mewujudkan peserta didik yang berakhlakul karimah.
Merdeka belajar merupakan gagasan dan tawaran strategis di saat dunia mengalami perubahan yang sangat cepat, dan menuntut penguasaan multikeilmuan dan keterampilan. Pengalaman mengajarkan bahwa sudah banyak produk dan profesi yang punah ditelan kemajuan zaman, sementara itu banyak profesi baru berbasis teknologi informasi dan komunikasi bermunculan. Pada saat yang sama, persaingan usaha dan profesi semakin ketat dan sengit.
Karena itu, sangat diharapkan, implementasi merdeka belajar itu dapat memberi peluang dan keunggulan kompetetif bagi calon lulusan perguruan tinggi dalam meraih dan mengembangkan pasar kerja yang prospektif.
Merdeka belajar memberi ruang peserta didik untuk menumbuhkan kecerdasan emosional yang termahtub dalam profil pemuda Pancasila yaitu beriman bertakwa kepada Tuhan YME dan berakhlak mulia, sehingga berdampak pada tingkat kenakalan remaja usia sekolah (Narkoba, Bullying, tawuran, kekerasan seksual,dll) akan hilang berkurang secara signifikan.
Dengan demikian, merdeka belajar adalah salah satu solusi untuk meroketkan potensi peserta didik dengan memberikan ruang peserta didik untuk mengembangkan potensi seluas-luasnya dan memiliki kecerdasan emosional.
Artikel ini ditulis oleh :
Dani setiawan, S.H., C.L.A
Ketua Yayasan Permata Mojokerto
Pegiat Lembaga Perlindugan Perempuan dan Anak BINA ANNISA Mojokerto
(*/tim)