Harga segelas kopi di warung kopi pangku di Gresik tentu saja istimewa. Kalau di warung kopi (warkop) biasa harga segelas kopi antara Rp 3 ribu hingga 4 ribu, di warung kopi pangku yang menyebar di Menganti, Kedamean, Cerme, dan Balongpanggang itu minimal Rp 10 ribu.
Salah seorang pelanggan warung kopi pangku asal Pakal, Surabaya AW menyebutkan kisaran harga di warung kopi pangku. Harga segelas kopi ternyta berbeda-beda tergantung pelayanan yang diberikan. Normalnya, harga Rp 10 ribu itu dipatok jika pelanggan cuma ngobrol sambil minum kopi.
“Kalau sekadar menemani ngobrol saja, biasanya Rp 10 ribu. Padahal umumnya di warung kopi biasa harganya Rp 3 ribu. Tapi kalau sampai mangku atau meluk-meluk bisa sampai Rp 25 ribu hingga Rp 50 ribu. Tergantung lapo ae sing ngopi (tergantung ngapain saja pembeli),” tambah AW.
AW mengaku sering mendatangi warung kopi pangku di Kawasan Gresik. Mulai dari yang ada di kawasan Cerme, di Menganti, di kawasan Kedamean, hingga yang ada di Balongpanggang.
“Sudah sering saya mas, di Kedamean, Cerme, Balongpanggang. Paling sering di Balongpanggang,” ujar AW, Sabtu (7/6/2022).
Saat pertama kali mendatangi warung pangku, AW mengaku hanya berkenalan saja kepada para wanita penjaga warkop. Baru ketika sudah cukup lama menjadi pelanggan dan mulai dikenal, para wanita penjaga itu tak sungkan untuk duduk di atas pangkuannya. Bahkan mau dicium dan dipeluk.
“Kalau awal biasanya ditemani, kenalan, dan ngobrol-ngobrol saja. Makanya saya sering pindah-pindah tempat. Awalnya saya kira hanya sebatas ngobrol saja. Akhirnya saya menemukan yang pas. Kalau sudah sering ke warung penjaganya hafal. Bisa minum kopi sambil memeluk penjaganya. Haha,” katanya.
Seorang wanita penjaga warung kopi pangku IN membenarkan itu. IN mengaku hanya bertugas meracik kopi dan mencuci gelas. Menurutnya, sejumlah warung kopi memang menyediakan wanita penjaga yang bisa melayani ‘ekstra’. Tapi tidak semua penjaga warkop seperti itu.
“Kalau saya sendiri hanya bertugas membuatkan kopi dan menemani tamu. Ya meskipun pemilik warung menuntut untuk memakai pakain seksi. Tapi saya nggak mau dipangku sama pelanggan,” kata IN.
Tentang layanan ekstra di warung kopi, IN menyebutkan sebenarnya banyak pekerja freelance mantan ladies companion (LC) dari kota lain yang mencari nafkah di warung dengan fasilitas karaoke. Mereka tidak dapat gaji dari pemilik warung, tapi mengandalkan tips dari pelanggan yang ingin menyanyi.
“Kalau di sini ada dua freelance mas. Biasanya menemani pelanggan menyanyi. Kadang sampai dirangkul-rangkul ngunu (dipeluk-peluk gitu) mas. Lha dari situ biasa mendapatkan tips. Kalau mau pelayanan lain, mereka lanjut check in di hotel atau penginapan mas,” kata IN.
Namun, untuk mendapatkan pelayanan plus-plus seperti yang disebut IN, para wanita pekerja freelance di warung kopi pangku itu pilih-pilih pelanggan. Tentu saja bagi pelanggan baru akan sulit untuk mendapatkan pelayanan ekstra pemuas nafsu birahi itu. Wanita itu tak ingin hal buruk menimpanya, misalnya berurusan dengan petugas kepolisian yang sedang menyamar.
“Kalau kata teman saya yang di sana, biasanya menolak ajakan pelanggan baru untuk melayani plus-plus atau mangku mas. Selain belum kenal dan takut diapa-apain seperti dianiaya atau dibunuh. Kan, banyak di berita-berita gitu. Teman saya juga takut berurusan dengan petugas yang menyamar jadi pelanggan,” kata IN.(tim/Sam)