Setelah peristiwa kecelakaan maut Bus PO Ardiansyah di KM 712.400 Jalur A Tol Sumo yang mengakibatkan 34 warga Surabaya jadi korban–14 diantaranya tewas, Wali Kota Eri Cahyadi ke Mojokerto.
Orang nomor wahid di Kota Pahlawan ini kaget, setelah dirinya mengetahui jika bantuan dari Jasa Raharja pada korban luka-luka yang dirawat di sejumlah Rumah Sakit hanya sebesar Rp 20 Juta per kepala.
“Ini tadi disampaikan (bantuan) Jasa Raharja senilai maksimal Rp 20 Juta, kalau (pengeluaran pengobatan) lebih ya awak dewe yang bertanggung jawab, wali kota-nya yang bertanggung jawab,” ujar Eri di Rumah Sakit, Senin (16/5/2022).
Mengetahui jumlah bantuan yang diberikan pihak Jasa Raharja sebesar itu, melalui Eri Cahyadi, keluarga korban yang luka-luka meminta agar pasien dipulangkan dan dipindahkan ke RS di Surabaya.
Baca Juga: Empat Korban Kecelakaan Maut di Tol Surabaya-Mojokerto Dimakamkan di Satu Liang Lahat
“Tadi Jasa Raharja menyampaikan, ketika ada seperti ini, maka ada tindak lanjut misalnya akan dibiayai Jasa Raharja senilai Rp 20 Juta, maksimal,” kata Eri.
Yang jadi pertanyaan, kalau biaya (pengobatan) lebih dari Rp 20 Juta, warga ku seperti apa? Kalaupun setelah dioperasi di sini dan rawat inap di sini, berarti kan keluarganya harus bolak-balik, mereka kan trauma juga keluarganya,” ucap Eri.
Dengan begitu, Eri segera mengirimkan para dokter dari Surabaya ke Mojokerto, guna melakukan koordinasi dengan RS di Mojokerto untuk melihat kondisi pasien mana yang bisa di bawa ke Surabaya.
“Jadi para dokter di Surabaya saya minta ke Mojokerto, koordinasi dengan para dokter di sini. Jadi di sini ada teman-teman Jasa Raharja, dan Insya Allah didampingi oleh Kepala Badan Penanggulangan Bancana, berkoordinasi kalau bisa kami bawa ke Surabaya,” kata Eri Cahyadi.
Pertama, Eri melanjutkan, ketika pasien luka-luka tersebut dibawa ke Surabaya maka keluarganya akan lebih tenang menunggu dan merawatnya tanpa harus bolak-balik ke Mojokerto.
Jika nantinya para korban luka-luka yang dirawat di RS Mojokerto bisa dirujuk ke Surabaya, maka Pemerintah Kota maupun pihak keluarga bisa melakukan kontrol ke pasien.
“Kami juga tidak bisa kontrol secara langsung, bukan kami (khawatirkan) kondisi operasi nya, sama aja dokter, tapi psikis dari keluarga yang saya pikirkan, dari psikis yang sakit juga,” kata Eri Cahyadi.
“Ketika di rumah sakit tempat lain, jauh dari rumah, ini juga berarti psikis-nya akan bermain. Maka kita minta direktur rumah sakit nanti juga kita minta, jadi tindak lanjutnya atau langkah-langkah mengambil tindakan operasinya di Surabaya,” terang Eri.
Eri mengatakan, jika RS di Surabaya juga cukup mumpuni. Dia mengatakan ada banyak RS di Surabaya bisa merawat para pasien tersebut.
“Kalau di Surabaya pasti ada RS Dr Soewandi, RS BDH, ada dua RS. Tapi kita lihat dulu kondisi pasiennya seperti apa dulu,” katanya menegaskan.
Selain bantuan terhadap pasien luka-luka akibat kejadian maut tersebut, korban yang meninggal tanpa ahli waris juga hanya mendapat bantuan dari Jasa Raharja sebesar Rp 4 Juta saja.(tim/Sam)