Ngaku Dirampok 150 Juta, Guru Sd di Mojokerto Ini Ternyata Lakukan Hal Ini

Sri Wahyuliati Ningsih (42) bertingkah konyol saat sandiwara perampokan Rp 150 juta dibongkar polisi. Guru salah satu SDN di Kecamatan Ngoro, Mojokerto, ini berpura-pura pingsan hingga menyembunyikan KTP di saku celana.

Dia sempat mengelak membuat laporan palsu. Ia kembali mengarang cerita tas miliknya berisi uang Rp 500.000 dan kartu ATM dirampas orang saat pulang dari mengajar.

Sri menyampaikan cerita karangannya itu kepada polisi saat menjalani perawatan di RS Dharma Husada, Ngoro, Mojokerto pada Senin (21/2). Dia berpura-pura sakit setelah sandiwara perampokan yang ia buat mulai dibongkar polisi. Karena dokter yang merawatnya menyatakan kondisinya saat itu normal.

“Dia (Sri) pura-pura sakit. Dokter menyatakan kondisinya normal semua,” ungkap Kasat Reskrim Polres Mojokerto AKP Tiksnarto Andaru Rahutomo.

Andaru pun menerjunkan anggotanya untuk menjaga Sri di rumah sakit. Saat itulah Sri kembali bertingkah konyol. Tanpa sadar sedang diawasi polisi, ibu dua anak itu mengeluarkan uang dan KTP dari saku celananya. Padahal saat melaporkan perampokan yang menimpanya, ia mengaku tidak membawa kartu identitas.

“Sambil tiduran di bed rumah sakit, dia merogoh saku celananya. Tanpa dia sadari, anggota melihat dia menghitung uang dan mengeluarkan KTP. Padahal saat kami tanya di Polsek Ngoro, dia mengaku tidak bawa identitas,” jelasnya.

Setelah sadar, Sri kembali diinterogasi polisi di rumah sakit. Alih-alih mengaku tidak kehilangan uang Rp 150 juta, dia kembali bertingkah konyol dengan mengaku tidak pernah kehilangan uang Rp 150 juta. Namun, tas miliknya dirampas orang dalam perjalanan pulang dari mengajar di hari yang sama.

“Cuma tas berisi dompet, tidak ada (uang Rp 150 juta), cuma uang Rp 500.000 lebih sama kartu ATM, sama SIM sama kartu-kartu yang lain. Hilang dirampas orang,” kata Sri kepada polisi dengan wajah sayu.

Sri nekat membuat sandiwara perampokan tersebut untuk menutupi perbuatannya yang menghabiskan uang pemberian orang tuanya Rp 150 juta. Orang tuanya meminta Sri mendepositokan uang tersebut. Salah satunya untuk persediaan biaya pendidikan dua anak Sri.

“Cuma tas berisi dompet, tidak ada (uang Rp 150 juta), cuma uang Rp 500.000 lebih sama kartu ATM, sama SIM sama kartu-kartu yang lain. Hilang dirampas orang,” kata Sri kepada polisi dengan wajah sayu.

Sri melapor ke Polsek Ngoro, Mojokerto pada Senin (21/2) sekitar pukul 13.00 WIB. Ia mengaku dirampok 4 orang di Jalan Raya Desa Tanjangrono, Ngoro, Mojokerto, tepatnya di Jembatan Tanjangrono pada hari yang sama sekitar pukul 11.45 WIB.

Menurut pengakuannya, pelaku mengendarai sepeda motor Honda Vario dan Yamaha RX King warna hitam. Sementara guru salah satu SDN di Kecamatan Ngoro tersebut seorang diri mengendarai sepeda motor Honda BeAT nopol W 4351 NCE.

Komplotan perampok kabur setelah merampas tas miliknya yang berisi uang Rp 150 juta. PNS asal Desa Jiken, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo itu mengaku baru mencairkan uang tersebut dari Bank Jatim Cabang Pembantu Mojosari, Mojokerto sekitar pukul 10.00-11.15 WIB.

Namun, Sri akhirnya meralat keterangannya tersebut saat diinterogasi polisi. Ibu dua anak ini mengaku tidak mempunyai deposito di Bank Jatim karena uang di rekeningnya hanya sekitar Rp 3 juta.

Dia mengaku uang Rp 150 juta pemberian orang tuanya tidak pernah hilang. Karena Rp 100 juta ia depositokan di Bank Jatim. Sedangkan sisinya ia simpan di sebuah koperasi.

“Tidak ada (deposito di Bank Jatim Rp 100 juta),” ujar Sri sambil bersandar ke pundak suaminya.(tim/Sam)

 

 

 

Support by : PT Media Cakrawala FM

Baca juga :