Penyakit chikungunya melonjak besar di kabupaten Mojokerto, penyakit yang ditularkan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus itu telah menginfeksi 909 warga Bumi Majapahit, pada empat bulan pertama 2021.
Informasi yang dihimpun oleh suarajawatimur.com, Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto merilis, terdapat 909 orang menderita chikungunya sepanjang Januari-April 2021. Para penderita mengalami gejala demam, nyeri pada persendian, nyeri otot, kedinginan, sakit kepala, ruam merah di sekujur tubuh, kelelahan, serta mual dan muntah.
“Pada empat bulan pertama 2021 kami temukan 909 kasus chikungunya. Sebarannya di 20 desa di 7 kecamatan,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto dr Langit Kresna Janitra,Rabu (21/4).
Kasus chikungunya paling tinggi terjadi pada Januari yang mencapai 520 penderita. Saat itu, semua kasus hanya ditemukan di Kecamatan Mojoanyar. Yakni 40 orang di Desa Lengkong, 240 orang di Desa Gayaman dan 240 orang di Desa Tambakrejo.
Bulan berikutnya hanya ditemukan 23 kasus chikungunya di Desa Gedangan, Kecamatan Kutorejo. Chikungunya kembali melonjak pada Maret. Sebaran kasusnya juga kian meluas hingga ke 6 kecamatan.
Di Kecamatan Mojoanyar ditemukan 13 kasus di Desa Ngarjo. Di Kecamatan Puri terdapat 90 kasus di Desa Mlaten dan 35 kasus di Desa Ketemas Dungus. Di Desa Sumengko, Kecamatan Jatirejo terdapat 14 kasus.
Ada pula 21 kasus di Desa Bakalan dan 20 kasus di Desa Tawar, Kecamatan Gondang. Di Kecamatan Dlanggu ditemukan 33 kasus di Desa Sumbersono, 12 kasus di Desa Sumberkarang, 20 kasus di Desa Ngembeh, serta 10 kasus di Desa Mojokarang. Sedangkan di Desa Ngingasrembyong, Sooko hanya 8 kasus.
April ini, sudah 90 kasus chikungunya dideteksi di 3 kecamatan. Yaitu 34 penderita di Desa Tampungrejo, Kecamatan Puri, 12 penderita di Desa Kedunggede, Kecamatan Dlanggu, serta 19 penderita di Desa Kumitir dan 25 penderita di Desa Gebangsari, Kecamatan Jatirejo.
Ditinjau dari wilayah sebarannya, kasus chikungunya paling banyak ditemukan di Kecamatan Mojoanyar dengan 533 penderita. Disusul Kecamatan Puri 159 kasus, Dlanggu 87 kasus, Jatirejo 58 kasus, Gondang 41 kasus, Kutorejo 23 kasus, serta Sooko 8 kasus.
“Awalnya ada penduduk yang mengeluh seperti linu-linu, tapi dikira gejala penyakit biasa. Lama kelamaan kasus itu bertambah banyak di sekitarnya. Ternyata gejala chikungunya. Langsung kami lakukan fogging,” terang dr Langit.
Ia memastikan, tidak ada penderita chikungunya yang meninggal dunia. Menurut dr Langit, penyakit ini tidak bisa disembuhkan dengan pengobatan khusus.
Warga yang mengalami gejala chikungunya diimbau banyak beristirahat, mengonsumsi obat pereda sakit, antiradang dan penurun panas. Pemberian cairan oralit atau infus dibutuhkan bagi penderita yang mengalami dehidrasi.
“Untuk mencegah chikungunya sama dengan demam berdarah. Yaitu rajin membersihkan lingkungan, menguras tempat penyimpanan air, serta menaburkan bubuk abate di penyimpanan air yang sulit dibersihkan untuk membunuh jentik nyamuk,” pungkasnya.(Mya/tim)
Redaksi : Suara Jawa Timur
Sumber : Detik.com (Naskah Berita Asli)