Banjir yang menerjang dua dusun di Desa Tempuran Kecamatan Sooko Kabupaten Mojokerto sudah berlangsung selama tiga hari, dan dampaknya kian meluas.
Kalau sebelumnya hanya 29 rumah yang terendam, kini meluas hingga 467 rumah yang terdampak. Selain itu, banjir juga membuat sekolah SD di desa tersebut lumpuh tak bisa digunakan kegiatan belajar mengajar.
Informasi yang dihimpun suarajawatimur.com, banjir yang disebabkan kiriman dari meluapnya afvour sungai Gunting Jombang ini juga membuat ruang kelas dan bangunan sekolah tersebut terendam air setinggi lebih dari 20 sentimeter.
Semua siswa kelas I hingga kelas V terpaksa diliburkan sementara, sedangkan kelas VI yang akan menghadapi ujian tetap masuk sekolah. Namun tempat belajarnya pindah ke tempat yang akan di TPQ di dalam Masjid Al Hikmah.
Triari Andriani, Guru SDN Tempuran mengatakan, banjir ini sangat mengganggu aktifitas kegiatan belajar mengajar di SD Tempuran. Padahal, siswa kelas VI akan mengikuti Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN).
Pihak sekolah memutuskan, khusus siswa kelas VI tetap masuk sekolah untuk persiapan UASBN pada bulan Maret mendatang. “Khusus kelas VI tetap masuk, Karena kan akan persiapan ujian,” jelasnya.
Sementara M Zaini, Kepala BPBD Kabupaten Mojokerto mengatakan, total warga yang terdampak mencapai 2.031 jiwa dari 518 KK. “Tren air masih tinggi, apalagi kalau hujan turun,” ungkapnya.
Sementara jumlah KK di dua Dusun yang terdampak sebanyak 467 KK, dengan rincian 410 KK di Dusun Bekucuk dan 57 KK di Dusun Tempuran.
Banjir di dua Dusun ini membuat aktifitas warga terganggu. Sebagian warga mengungsi dan sekolah diliburkan. BPBD juga sudah membuat posko dan dapur umum di lokasi.
Sementara upaya penanganan pencegahan, BPBP bersama Marinir dan Relawan melakukan pembersihan di DAM Sipon. Serta mengusulkan kepada instansi terkait untuk melakukan normalisasi Sungai Watudakon yang mengalami pendangkalan, serta pembangunan peningian tanggul sungai.
Sekedar informasi, Desa Tempuran Kecamatan Sooko masuk kategori desa yang rawan banjir. Karena hampir setiap musim hujan, Desa yang berada di perbatasan Kabupaten dan kota Mojokerto mengalami banjir.
Bencana ini disebabkan karena curah hujan tinggi yang terjadi hingga membuat sungai di desa tersebut menguap dan menggenang jalan desa, rumah warga dan sekolah.(sma/udi)